Cahaya mentari masih bersembunyi di balik selimut malam. Semburat rembulan dan bintang mulai menghilang di balik awan. Aku masih berbaring dalam kelalaian. Sampai akhirnya suara itu memanggilku, memaksaku untuk segera bangkit dari tidurku.
Suara merdu merayu, “Malam masih panjang, tidurlah!” Aku memaksakan diriku untuk bangun dari nyamannya selimut yang menepis hawa dingin. Mudah bagiku mengangkat bongkahan batu di siang hari. Tetapi di waktu fajar, mengangkat kelopak mata dengan berat beberapa gram terasa sangat sulit. Jika aku tidak memaksakan, bagaimana mungkin aku mendapatkan kebaikan. Apakah salah jika terpaksa dalam kebaikan? Atau apakah lebih baik meninggalkan kebaikan agar tidak ada rasa keterpaksaan? Tentunya melakukan kebaikan dengan kerelaan ditambah dengan keikhlasan jauh lebih baik.
Dinginnya air, membasahi wajahku, menghilangkan setiap kemalasan yang tersisa. Aku beranjak pergi dan melewati setiap hawa dingin jalanan kota. Hanya ada bebera orang yang terlihat samar di balik kegelapan. Para pencari ridho Ilahi dan rezki menembus gelap dan dinginya waktu fajar. Tetapi ada pula manusia-manusia yang menghabiskan waktu malam dengan kesenangan. Dan meninggalkan jejak bekas keburukan.
Aku berdiri di antara jemaah yang berbaris rapi. Di shaf sholat, aku tak mengenal siapa orang yang ada di sebelah kanan dan kiriku. Yang kutau mereka adalah saudara seimanku. Malaikat siang dan malam berkumpul, menyaksikan. Melihat setiap manusia yang tidak lalai oleh tidurnya. Bangun dalam keterpaksaan ataupun kerelaan untuk menghadap-Nya. Orang-orang yang berjalan pada kegelapan menuju masjid, mereka mendapatkan cahaya yang mengalahkan pekatnya malam. Mendapatkan petunjuk menuju hari akhir yang pasti kan datang.
“Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika ia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776)
Penulis
BungWesno
0 Komentar