
Seringkali anak-anak mengajukan pertanyaan yang sangat ilmiah kepada orang dewasa. Seperti, mengapa bulan itu bulat? mengapa langit berwarna biru? mengapa kita memiliki jari-jari?
Pernah suatu ketika saya mengajar di kelas VII SMP, seorang murid bertanya kepada saya, kenapa perkalian antara bilangan negatif menghasilkan bilangan positif? Belum sempat saya menjawab pertanyaan ini, murid lain menambah pertanyaan. Pertanyaan yang jarang bahkan tidak pernah ditanyakan seorang mahasiswa, kenapa ada angka nol? Kenapa harus ada pelajaran matematika? apakah bapak sudah menikah?😅
Pertanyaan mudah, dengan jawaban yang kompleks. Orang dewasa terkadang akan kesulitan menjawab semua pertanyaan tersebut. Dan saya akui, terkadang saya juga kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pada faktanya untuk menjawab semua pertanyaan tersebut dibutuhkan pengetahuan yang luas dan juga mendalam. Untuk menghilangkan gengsi, orang dewasa akan menjawab, 'itu adalah kesepakatan dari para pendahulu'. Jawaban yang sebenarnya tidak menjawab.
Pada saat mereka (anak-anak) mulai masuk sekolah menengah atas, mereka jarang bahkan tidak pernah lagi menanyakan pertanyaan semacam itu. Kenapa? Mereka sudah mengetahui jawabannya,'itu adalah kesepakatan'. Dan mereka tidak ingin dianggap aneh dengan mengajukan pertanyaan seperti itu.
Terkadang hal ini terjadi dalam perkuliahan, seorang mahasiswa mengacungkan jari tangan dan bertanya kepada dosennya 'kenapa bisa seperti itu? Apakah tidak ada cara lain yang lebih cepat? Kenapa tidak menggunakan software saja untuk menghitungnya?', pertanyaan yang menyebabkan gelak tawa diantara mahasiswa yang merasa sudah paham. Tentu saja tawa ejekan. Padahal mereka hanya memahami apa yang mereka pahami. Bukan kah, sesuatu yang orang lihat, belum tentu kita lihat?
Sudah terinstal di otak kita 'itu adalah kesepakatan, ikuti saja aturan yang ada'. Sebuah pandangan yang menyebabkan tidak adanya kemajuan dan perubahan. Hal ini terus berlangsung dan berlanjut di tengah masyarakat.
Coba fikirkan dan ingat kembali, pernahkah kita bertanya 'Kita negara kaya, Kenapa harus ngutang? Kenapa kita harus bayar pajak? Kenapa aturan kita harus ditentukan oleh pihak asing/pemilik modal? Kenapa kita melanjutkan hukum penjajah? Kenapa koruptor tidak dipotong tangannya? Kenapa pembunuh tidak dihukum mati? Kenapa kita menggunakan mata uang rupiah? Kenapa harus ada pemilu? Knp...Knp..Knp?'
Jika kamu pernah mengajukan beberapa pertanyaan di atas, mungkin kamu akan dicap aneh. Orang yang kekurangan akal sehat akan berkata 'ini adalah kesepakatan para pendahulu kita, ikuti saja aturan yang ada'. Sekali lagi, sebuah jawaban yang sama sekali tidak menjawab.
Baca Juga
- 4 Cara Melatih Berfikir Ouside The Box
- 5 Langkah Singkat Menemukan Ide Kreatif
- Belajar Dari Seorang Pedagang
Jack Foster berkata, pada hakikatnya ide-ide berpotensi destruktif. Ide-ide sanggup mengubah segala sesuatu. Dan semakin orisinil ide-ide itu semakin radikal perubahan yang terjadi. Dan semakin banyak perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh ide-ide itu, semakin banyak orang yang merasa terancam, semakin banyak ide itu membuat orang mempertanyakan keyakinan-keyakinan dan tindakan mereka, maka semakin banyak ide itu membuat orang merasa takut dengan pekerjaan-pekerjaan dan masa depan mereka.
Sayangnya kesepakatan dan aturan itu ditentukan oleh hanya sebagian orang, ditentukan oleh kebenaran dari pandangan manusia yang bersifat relatif. Kebenaran yang tidak absolut. Dianggap baik dan benar jika menguntungkan diri pribadi sang pembuat aturan. Dan faktanya ini terjadi. Lihatlah bagaimana mudahnya korporasi-korporasi asing memasuki negeri kita. Rakyat tidak diuntungkah bahkan dirugikan. Lalu siapa yang diuntungkan, tentu saja si Pembuat Aturan yang dikendalikan Pihak ber-uang.
Dianggap salah dan buruk jika merugikan. Pada saat ini kebaikan serasa dibungkam, hak asasi manusia hanyalah monopoli bagi orang yang memilki kedudukan. Kebaikan pun bisa menjadi keburukan. Satu contoh, ketika kemuliaan Islam digaungkan dan Syariat Islam ingin diterapkan. Penjajah berkoar-koar seraya berkata 'Anda Radikal dan telah melanggar hak asasi manusia!' di lain sisi penjajah itu mendukung kejahatan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, hak asasi manusia serasa tidak ada.
Demokrasi sepertinya telah mati. Sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat ini telah berganti. Saya katakan, memang benar pemerintahan yang diselenggarakan pada saat ini berasal dari rakyat, hal ini dikarenakan pemerintahan tersebut diperoleh melalui pemilihan dari rakyat, terlepas dari kecurangan-kecurangan yang dilakukan saat pemilu.
Selanjutnya, muncul sebuah pertanyaan, benarkah pemerintahan diselenggarakan oleh rakyat dan untuk rakyat. Mari kita bahas. Pemerintahan oleh rakyat menunjukkan bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginannya sendiri. Karenanya pemerintah harus tunduk kepada pengawasan rakyat. Memang benar bahwa semua yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan atas nama rakyat, tapi pada faktanya banyak keputusan dan aturan yang sama sekali tidak berpihak dan tidak diharapkan oleh rakyat. Contohnya, pernahkah kamu mengharapkan kenaikan BBM? pernahkan kamu dimintai pendapat tentang kenaikan pajak? apakah kamu setuju jika harga cabai naik? pada umumnya rakyat akan menjadwab, kami tidak mengharapkan itu semua. Pertanyaannya, berpihak kepada siapakah pemeritahan negeri ini?
Dan sepertinya kita tidak benar-benar diberikan keleluasaan untuk mengawasi pemeritah. Mengawasi memiliki definisi diantaranya mengamati dan mengontrol. Dengan mengamati akan didapatkan sebuah kebaikan dan keburukan, kelebihan dan kekurangan. Jika pada faktanya kita mendapatkan banyak keburukan dan kekurangan maka akan muncul sebuah sikap protes dan kritikan. Saya rasa, kita tidak benar-benar bebas untuk protes dan memberikan kritik, walaupun memilki beribu fakta dan data. Bahkan membuat kritikan dalam sebuah lagu saja bisa berakhir dalam jeruji penjara.
Terakhir, pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah itu dijalankan untuk kepentingan rakyat. Harusnya kepentingan rakyat yang didahulukan dan diutamakan. Tapi realitanya, kepentingan partai dan pemilki modal adalah segala-galanya.
Memang agak ruwet untuk memikirkan semua permasalahan ini. Dan kamu hanya akan bisa sampai pada muara pemasalahan tersebut jika berlayar dengan kapal akal sehat. Akal sehat yang berasal dari ide-ide orisinil yang menggentarkan dan membuat takut pihak pembenci. Jelas saya katakan, tidak ada ide-ide yang orisini yang dapat menyelesaikan permasalahan terkecil sampai paling kompleks kecuali ide-ide Islam. Dan sejarah membuktikan hal itu. Dan sekarang kita tau kenapa banyak fitnah diarahkan terhadap Islam. Kenapa? Karena kita memiliki ide yang paling orisinil.
Pada akhirnya kita harus bertanya, lalu aturan dan hukum siapa yang benar? Tidak menguntungkan pihak kiri maupun kanan. Adil bagi setiap orang dan juga mensejahterakan. Fikirkanlah sejenak, dan kamu lah yang harus menjawabnya. Saya harap jawabannya bukan 'ini adalah kesepakatan'. Karena kita masih memiliki akal sehat yang harus terus dilanjutkan.
Penulis
BungWesno
0 Komentar