Cara Mudah Untuk Selalu Tersenyum


Setiap bunyi langkah kaki yang menghentak lantai itu semakin menambah lelahanku. Aku masih diam di bangku dan menunggu. Sembari sesekali aku melihat ke arah jam yang terpampang jelas. Tiap gerakan jarumnya membuatku semakin bosan menunggu.

Beberapa menit kemudian, seorang bapak tua duduk tepat disebelah bangku ku. Tanpa kata, dia  menyapaku dengan senyumannya. Berbeda dengan orang-orang kebanyakan yang kulihat sejak berada di bandara, dia tampak bahagia dengan senyumannya. Tak ada sedikitpun kelelahan yang tersirat dari wajahnya.

Aku bersandar sejenak, menghilangkan segala kepenatan yang kudapatkan ketika berada dalam bis. Dan sekarang, aku harus berangkat lagi menuju Banjarmasin dengan burung besi. Waktu tunggu inilah kesempatan bagiku untuk beristirahat.

Sekarang aku berada di Surabaya, dan hari sebelumnya aku ada di Jogja, wajar apabila kelelahan yang sangat, menimpa diriku. Dan aku yakin, bukan hanya aku yang merasakan kelelahan ini, pasti teman-teman rombongan ku juga merasakannya. Kami mengadakan perjalanan dari Surabaya, Malang dan Jogja untuk melaksanakan study tour. Dan sekarang sudah saatnya bagi kami pulang ke tempat masing-masing. Dan sudah pasti, kita akan pulang.
“Mau kemana dek?” tanya bapak tua itu membuka percakapan.
“Mau ke Banjar Masin pak. Kalo bapak mau kemana?”
“Mau berangkat lagi ke Jakarta, ini juga baru nyampe dan mau berangkat lagi” jawabnya, masih dengan senyuman yang sama.
Aku heran, kanapa bapak tua itu mudah sekali untuk tersenyum. Berbeda dengan diriku, yang kala itu karena kelelahan, senyum pun terasa sulit.

Matahari meninggalkan sisa-sisa cahayanya di atas langit Surabaya. Di bandara Juanda ini setiap orang meninggalkan kenangannya. Dan aku masih menunggu.

Tak ada lagi pembicaaran di antara kami. Dia tertunduk dan menyandarkan dagunya pada tas  yang di pangkunya, sepertinya kelelahan menghampirinya. Tetapi tetap saja, dari raut wajahnya tak menunjukkan kelelahan. Terpejam dan masih tersenyum, aku semakin bingung. Jam masih menunjukkan pukul 17.30 WIB dan aku harus menunggu satu jam lagi untuk meninggalkan tempat ini.

Aku bertanya dalam hati “Bagaimana mungkin bapak itu bisa terlihat bahagia dalam kesibukan dan keletihannya? Bagaimana caranya?” Jarang sekali aku bertemu orang-orang seperti ini, dan mungkin ini adalah pelajaran bagi diriku yang jarang senyum😅

Fikiranku bereaksi dengan keadaan yang terjadi, pertanyaan yang terlintas di benakku membuat lelah dan letihku mulai tidak terasa. Bagaimana mungkin, dia selalu tersenyum?

Dan aku hanya bisa berspekulasi berdasarkan pengetahuan yang pernah ku baca dan pengalaman yang pernah ku alami. Pertama, rasa syukur; kedua, berbuat dalam keikhlasan, dan yang terakhir menikmati pekerjaan.

Bersyukur membuat manusia bahagia karena setiap hal yang  dilakukan tidak memerlukan adanya penyesalan, yang diperlukan adalah perbaikan. Bersyukur bukan berarti pasrah terhadap keadaan, tetapi berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ketika mendapat nilai berupa rantai karbon (baca: nilai C) maka jangan mengeluh dan mengomel, yang diperlukan adalah mencari cara bagaimana agar hal itu tidak terulang kembali. Penyesalan yang berkepanjangan tidak akan memberikan solusi menuju ke arah kebaikan.

Ikhlas adalah hal yang penting, dalam kamus besar bahasa indonesia ikhlas memiliki arti tulus hati. Tapi menurutku, ikhlas tidak hanya tentang tulus dalam berbuat, tetapi berbuat segala kebaikan hanya untuk Dzat Yang Maha Sempurna. Dengan ikhlas maka segala caci maki orang bukanlah hambatan. Lakukanlah segala hal karena Yang Maha Sempurna, bukan karena manusia.

Dan yang terakhir adalah menyukai pekerjaan, atau mungkin lebih tepatnya menikmati pekerjaan. Sukailah segala pekerjaan yang didapatkan, walaupun itu terasa berat. Coba saja nikmati dan sukai, carilah sisi positifnya. ‘Tugas kuliah itu bikin susah!’, bukan tugasnya yang salah, itu salah kita karena hanya malihat dari sisi negatif, inilah hal yang sering dilakukan manusia pada umumnya. Carilah sisi positifnya, misalnya saja dengan mengerjakan tugas kuliah maka akan berguna dimasa mendatang. Mungkin saja tugas kuliah itu berguna ketika kelak kita terjun ke dalam lautan masyarakat. Kalaupun tidak berguna, maka lihat lebih jauh untuk mencari tau. Pergilah ke pemukiman kumuh. Membandingkan diri sendiri yang memiliki dandanan rapi sambil membawa rasel berisi buku. Lihatlah anak-anak yang sudah bekerja sebelum waktunya, tidak sekolah seperti layaknya orang kota, mungkin saja pelajaran berharga dapat diambil dari mereka.

Dan mungkin beberapa hal itulah yang terus membuat bapak tua itu terus terlihat bahagia. Jadi, tersenyumlah, dengan ikhlas. Dan ikhlaslah ketika tersenyum😊

Salam literasi, salam imajinasi.

Penulis
BungWesno

Posting Komentar

0 Komentar